GARA-GARA SI BUFO
Pagi ini, aku
masih bermalasan-malasan, hanya berbaring diatas ranjangku sambil memandangi
langit-langit kamar dan mencoba menghilangkan rasa lelah yang menyelimuti
sekujur tubuhku. Semenjak dimulainya kegiatan praktikum, aku sering tidur larut
malam bahkan sampai dini hari seperti satpam yang jaga malam karena waspada
kalau ada pencuri, kalau aku takut laporan belum terselesaikan. Kegiatan
praktikum dan laporannya tidak terlalu membebani, tapi asisten praktikumnya yang
membuatku merasa lelah dan tak berdaya. Praktikum kali ini, kelasku memiliki
dua asisten praktikum yang akan membimbing kami, namanya Kak Ardi dan Kak Rico.
Aku mengenal Kak Rico karena kami bertetangga dan dia juga menjadi kakak
kelasku bahkan sampai di bangku perkuliahan, mungkin jodoh. Kami sangat dekat
namun terkadang akrab namun lebih sering seperti sepasang tom and jerry. Mereka berdua adalah makhluk tertampan yang pernah
aku temui meskipun jika dibandingkan dengan Jungkook BTS masih kalah telak.
Gosip-gosipnya mereka berdua adalah sahabat dan cowok terpopuler di kampus. Kak
Ardi adalah ketua BEM dan Kak Rico adalah wakilnya. Mereka berdua sedang
menjalani semester tiga dan peraih IPK tertinggi di kampus ini. Kak Ardi
pintar, baik, tinggi, tampan, tapi lebih tampan Kak Rico, ketampanannya makin
parah mungkin sudah stadium akhir hanya saja makhluk satu ini super nyebelin, hobinya suka bikin orang naik darah. Dia selalu
membuatku gagal fokus saat kegiatan praktikum dan setiap kali memandangnya
pertahananku runtuh seketika.
“Key...Keyra....kamu
belum bangun, bukannya ada kuliah pagi, apalagi praktikum, kamu nggak sakit,
kan ?” teriak Lisa dengan suara cetar membahana ala Syahrini dari balik pintu.
Setiap pagi
Lisa, sahabatku selalu melakukan ritual mengetuk pintu dan berteriak untuk
membangunkanku. Seketika itu aku beranjak dari ranjang, membuka pintu dan
langsung menuju kamar mandi mengabaikan Lisa yang masih mematung di depan pintu
dengan sejumlah tanda tanya besar. Setelah mandi dan bersiap-siap, aku langsung
menuju meja makan minimalis dan disana sudah ada Lisa yang menyiapkan sarapan
pagi.
“Hari ini kamu masak apa, Lis ?” balasku
sambil merapikan setelan kemeja dan rokku.
“Nasi goreng
dengan telur mata sapi dan tempe goreng. Cepat makan sudah hampir pukul 06.00 !”
omel Lisa.
Aku langsung
menyerbu masakan Lisa yang setiap harinya bisa dibilang hampir sama. Dilihat
dari statusnya adalah mahasiswi Fakultas Ekonomi yang selalu menyajikan segala
sesuatu yang tampak murah. Dia adalah sahabatku semenjak SMA. Kami satu kontrakan,
kuliah di kampus yang sama namun berbeda fakultas, kalau dia di Fakultas
Ekonomi, sedangkan aku di Fakultas Kedokteran Hewan. Lisa ini polos dan somplaknya kelewat overdosis.
Setelah melakukan sarapan pagi, aku langsung pergi
ke kampus. Jarak antara kontrakan dan kampus cukup dekat kira-kira lima belas
menit kalau jalan kaki.
“Pagi Keyra.”
sapa Kak Ardi tiba-tiba sudah disampingku.
“Loh, Kak Ardi, eh pagi juga Kak.” balasku terbata-bata menahan degupan jantung
yang semakin cepat bahkan hampir lepas.
“Mau berangkat
bersama, kamu ke kampus, kan ?”
Aku rasa
telingaku masih normal, nggak perlu dibawa ke THT. Demi apapun itu, Kak Ardi
mengajakku berangkat bersama dengan Kak Rico disampingnya, mimpi apa ya aku
semalam.
“Oh, kamu jalan
kaki ke kampus karena ingin berangkat bersama Keyra, Ar ? Kamu kok mau sama cewek aneh ini ?” tanya Kak
Rico ke Kak Ardi.
“Aku ini bukan
cewek aneh, Kak Rico saja yang terlalu over,
kalau Kak Rico nggak suka sama aku kenapa terus berbuat iseng dan mendekatiku
?” sambungku bersungut-sungut.
“Bukan urusanmu
dan jangan terlalu berharap.” balas Kak Rico sambil memalingkan muka.
“Sebenarnya yang
aneh itu Kak Rico bukan aku.” omelku.
“Kok bisa ya aku suka sama spesies aneh
ini ?” kata Kak Rico lirih tapi masih bisa terdengar.
“Maksudnya, Kak
?” balasku dengan rasa penasaran.
“Sudah-sudah,
lebih baik kita berangkat saja, tak akan kelar kalau kalian adu mulut.” lerai
Kak Ardi.
Akhirnya kami
bertiga berangkat bersama dengan sikap yang sulit diartikan. Aku merasa menjadi
pemeran utama dalam sebuah drama yang sedang berjalan bersama dua cowok
populer. Selang beberapa menit, akhirnya kami tiba di ruang praktikum. Aku
langsung duduk bersama kelompokku sedangkan Kak Ardi dan Kak Rico mengambil
tempat di kursi depan.
“Selamat pagi
semuanya, hari ini kita akan melakukan praktikum mengenai hewan vertebrata kelas amphibia.” kata Kak Ardi membuka kegiatan praktikum pada hari ini.
“Siapa yang tau nama
latin dari katak dan kodok ?” sambung Kak Rico.
“Saya kak, kalau
katak itu Rana sp. sedangkan kodok
itu Bufo sp.” jawabku mantap.
“Ya benar
sekali, Keyra. Hari ini kita akan membedah kodok dan mengamati struktur organ
tubuhnya.” balas Kak Rico.
Setelah kegiatan
praktikum selesai, aku membersihkan peralatan yang telah digunakan tadi dan
membersihkan tanganku. Kemudian aku bergegas meninggalkan ruang praktikum
karena semua orang telah pergi.
“Key, kamu habis
ini bantu aku cari kodok untuk praktikum minggu depan ya !” kata Kak Rico
tiba-tiba sontak membuatku terkejut.
“Kenapa harus
aku, Kak ? Kak Rico kan bisa minta bantuan anak lain.” balasku dengan memasang
wajah kesal.
“Karena aku
ingin kamu yang menemaniku, harus bersedia dan ada sesuatu yang harus aku
bicarakan sama kamu.” jawab Kak Rico enteng.
Dengan sangat
terpaksa dan pasrah aku harus menuruti permintaan Kak Rico mengingat aku juga
sebagai ketua kelas mata kuliah ini. Untung-untung dapat jackpot bisa jalan bareng Kak Rico. Semoga saja hobi isengnya lagi
mereda.
“Dimana kita
bisa menemukan kodok, Kak ?” tanyaku ke Kak Rico.
“Yang jelas di
area sekitar parit atau daerah yang
basah.” jawab kak Rico.
Setelah kami berkeliling mengitari seluruh
parit di kampus ini, akhirnya kami menemukan kodok yang sesuai untuk kegiatan
praktikum minggu depan. Kak Rico langsung meletakkannya dalam sebuah toples
besar dan tugasku untuk menemani Kak Rico mencari kodok selesai jadi aku bisa
pulang.
“Kak, aku pulang
duluan ya, sudah hampir sore.” pamitku ke Kak Rico.
“Keyra tunggu,
aku juga pulang jalan kaki gara-gara si Ardi tadi, jadi kita pulang bersama.”
tawar Kak Rico.
“Baiklah. Oh iya
Kak, tadi katanya mau bicara sesuatu, apa itu ?” tanyaku penasaran.
“Bingung Key
menjelaskannya ke kamu. Sebenarnya aku selalu dekat dan iseng ke kamu karena
aku suka sama kamu, tapi aku juga nggak mau pacaran
takutnya aku jadi nggak fokus kuliah.” kata Kak Rico hati-hati.
“KYAAAAAAAA.......”
Setelah Kak Rico
menyatakan perasaannya kepadaku, seekor kodok yang didalam toples terbuka itu
lompat keluar ke arahku. Demi apapun itu, aku terkejut bukan main dan berlari
mendekati Kak Rico. Nggak lucu banget kalau namaku muncul di timeline line dengan judul ‘Mati Terkejut Melihat Kodok’ atau ‘Mati Terkejut
Mendengar Pengakuan Cinta’. Aku segera membenarkan ekspresiku.
“Kak Rico
serius, nggak bercanda, kan ? Aku juga suka sama kakak dan nggak mau pacaran karena aku belum siap.
Syukurlah, jadi cintaku tak bertepuk sebelah tangan.” balasku seadanya.
“Kakak serius,
Key. Memang Kakak muka-muka pembohong dan playboy.
Jadi kamu nggak menolak, kan ?” Sahut Kak Rico dengan senyum manisnya yang
mengalihkan duniaku.
“Bohong banget kalau aku menolak kakak. Mungkin
saja, Kak. Aku nggak mau terkena diabetes karena terlalu banyak menelan
kata-kata dan janji manis para lelaki.” sambungku.
Kak Rico tertawa
terpingkal-pingkal mendengar penuturanku. Apa yang lucu dari kata-kataku ya ?
“Kamu lucu
banget, Key. Makanya aku tambah suka. Rasanya aku sudah kehabisan kata-kata
buat mendeskripsikan kamu.”
“Apaan sih, Kak.
Bagaimana kalau kita bersahabat dan fokus kuliah , kakak berpendidikan dan
sukses dulu, aku juga, maka kita akan jadi pasangan yang pas.“
“Kamu lagi
promosi fair and lovely ya, bawa-bawa pasangan yang pas, tapi itu saran yang
bagus. Jaga selalu hatimu untukku Keyra walaupun itu sangat sulit karena banyak
lelaki yang lebih baik dari aku!”
“Kak Rico juga
jangan menyerah selalu menjadi terbaik di hadapanku.” balasku mantap.
“Sebelum janur
kuning melengkung dan pohon pisang terpasang, aku nggak akan menyerah untuk
menjadi yang terbaik yang kamu inginkan.” Canda Kak Rico
Aku hanya
mengangguk-angguk saja karena takut si kodok berulah lagi dan lebih
berkonsentrasi pada jalan setapak yang kami lalui bersama.
Aku rasa si Bufo sp. ini membantuku agar lebih dekat
dengan Kak Rico. Orang yang super nyebelin
ternyata menyimpan perasaan manis untukku. Tak harus pacaran untuk lebih dekat, cukup berkomitmen dan saling percaya
akan membentuk suatu pertahanan. Kami mungkin akan sering bersama tapi dengan
batas-batas tertentu. Walaupun kami sudah cukup dewasa untuk merasakan yang
namanya pacaran tapi aku harus
melakukan kewajibanku sebagai seorang mahasiswi, mewujudkan cita-citaku, dan
menikmati indahnya masa persahabatan sebelum menginjak kehidupan yang
sebenarnya.