Senin, 29 Mei 2017

My Short Story



GARA-GARA SI BUFO
Pagi ini, aku masih bermalasan-malasan, hanya berbaring diatas ranjangku sambil memandangi langit-langit kamar dan mencoba menghilangkan rasa lelah yang menyelimuti sekujur tubuhku. Semenjak dimulainya kegiatan praktikum, aku sering tidur larut malam bahkan sampai dini hari seperti satpam yang jaga malam karena waspada kalau ada pencuri, kalau aku takut laporan belum terselesaikan. Kegiatan praktikum dan laporannya tidak terlalu membebani, tapi asisten praktikumnya yang membuatku merasa lelah dan tak berdaya. Praktikum kali ini, kelasku memiliki dua asisten praktikum yang akan membimbing kami, namanya Kak Ardi dan Kak Rico. Aku mengenal Kak Rico karena kami bertetangga dan dia juga menjadi kakak kelasku bahkan sampai di bangku perkuliahan, mungkin jodoh. Kami sangat dekat namun terkadang akrab namun lebih sering seperti sepasang tom and jerry. Mereka berdua adalah makhluk tertampan yang pernah aku temui meskipun jika dibandingkan dengan Jungkook BTS masih kalah telak. Gosip-gosipnya mereka berdua adalah sahabat dan cowok terpopuler di kampus. Kak Ardi adalah ketua BEM dan Kak Rico adalah wakilnya. Mereka berdua sedang menjalani semester tiga dan peraih IPK tertinggi di kampus ini. Kak Ardi pintar, baik, tinggi, tampan, tapi lebih tampan Kak Rico, ketampanannya makin parah mungkin sudah stadium akhir hanya saja makhluk satu ini super nyebelin, hobinya suka bikin orang naik darah. Dia selalu membuatku gagal fokus saat kegiatan praktikum dan setiap kali memandangnya pertahananku runtuh seketika.
“Key...Keyra....kamu belum bangun, bukannya ada kuliah pagi, apalagi praktikum, kamu nggak sakit, kan ?” teriak Lisa dengan suara cetar membahana ala Syahrini dari balik pintu.
Setiap pagi Lisa, sahabatku selalu melakukan ritual mengetuk pintu dan berteriak untuk membangunkanku. Seketika itu aku beranjak dari ranjang, membuka pintu dan langsung menuju kamar mandi mengabaikan Lisa yang masih mematung di depan pintu dengan sejumlah tanda tanya besar. Setelah mandi dan bersiap-siap, aku langsung menuju meja makan minimalis dan disana sudah ada Lisa yang menyiapkan sarapan pagi.
 “Hari ini kamu masak apa, Lis ?” balasku sambil merapikan setelan kemeja dan rokku.
“Nasi goreng dengan telur mata sapi dan tempe goreng. Cepat makan sudah hampir pukul 06.00 !” omel Lisa.
Aku langsung menyerbu masakan Lisa yang setiap harinya bisa dibilang hampir sama. Dilihat dari statusnya adalah mahasiswi Fakultas Ekonomi yang selalu menyajikan segala sesuatu yang tampak murah. Dia adalah sahabatku semenjak SMA. Kami satu kontrakan, kuliah di kampus yang sama namun berbeda fakultas, kalau dia di Fakultas Ekonomi, sedangkan aku di Fakultas Kedokteran Hewan. Lisa ini polos dan somplaknya kelewat overdosis.
Setelah melakukan sarapan pagi, aku langsung pergi ke kampus. Jarak antara kontrakan dan kampus cukup dekat kira-kira lima belas menit kalau jalan kaki.
“Pagi Keyra.” sapa Kak Ardi tiba-tiba sudah disampingku.
Loh, Kak Ardi, eh pagi juga Kak.” balasku terbata-bata menahan degupan jantung yang semakin cepat bahkan hampir lepas.
“Mau berangkat bersama, kamu ke kampus, kan ?”
Aku rasa telingaku masih normal, nggak perlu dibawa ke THT. Demi apapun itu, Kak Ardi mengajakku berangkat bersama dengan Kak Rico disampingnya, mimpi apa ya aku semalam.
“Oh, kamu jalan kaki ke kampus karena ingin berangkat bersama Keyra, Ar ? Kamu kok mau sama cewek aneh ini ?” tanya Kak Rico ke Kak Ardi.
“Aku ini bukan cewek aneh, Kak Rico saja yang terlalu over, kalau Kak Rico nggak suka sama aku kenapa terus berbuat iseng dan mendekatiku ?” sambungku bersungut-sungut.
“Bukan urusanmu dan jangan terlalu berharap.” balas Kak Rico sambil memalingkan muka.
“Sebenarnya yang aneh itu Kak Rico bukan aku.” omelku.
Kok bisa ya aku suka sama spesies aneh ini ?” kata Kak Rico lirih tapi masih bisa terdengar.
“Maksudnya, Kak ?” balasku dengan rasa penasaran.
“Sudah-sudah, lebih baik kita berangkat saja, tak akan kelar kalau kalian adu mulut.” lerai Kak Ardi.
Akhirnya kami bertiga berangkat bersama dengan sikap yang sulit diartikan. Aku merasa menjadi pemeran utama dalam sebuah drama yang sedang berjalan bersama dua cowok populer. Selang beberapa menit, akhirnya kami tiba di ruang praktikum. Aku langsung duduk bersama kelompokku sedangkan Kak Ardi dan Kak Rico mengambil tempat di kursi depan.
“Selamat pagi semuanya, hari ini kita akan melakukan praktikum mengenai hewan vertebrata kelas amphibia.” kata Kak Ardi membuka kegiatan praktikum pada hari ini.
“Siapa yang tau nama latin dari katak dan kodok ?” sambung Kak Rico.
“Saya kak, kalau katak itu Rana sp. sedangkan kodok itu Bufo sp.” jawabku mantap.
“Ya benar sekali, Keyra. Hari ini kita akan membedah kodok dan mengamati struktur organ tubuhnya.” balas Kak Rico.
Setelah kegiatan praktikum selesai, aku membersihkan peralatan yang telah digunakan tadi dan membersihkan tanganku. Kemudian aku bergegas meninggalkan ruang praktikum karena semua orang telah pergi.
“Key, kamu habis ini bantu aku cari kodok untuk praktikum minggu depan ya !” kata Kak Rico tiba-tiba sontak membuatku terkejut.
“Kenapa harus aku, Kak ? Kak Rico kan bisa minta bantuan anak lain.” balasku dengan memasang wajah kesal.
“Karena aku ingin kamu yang menemaniku, harus bersedia dan ada sesuatu yang harus aku bicarakan sama kamu.” jawab Kak Rico enteng.
Dengan sangat terpaksa dan pasrah aku harus menuruti permintaan Kak Rico mengingat aku juga sebagai ketua kelas mata kuliah ini. Untung-untung dapat jackpot bisa jalan bareng Kak Rico. Semoga saja hobi isengnya lagi mereda.
“Dimana kita bisa menemukan kodok, Kak ?” tanyaku ke Kak Rico.
“Yang jelas di area sekitar parit atau daerah yang basah.” jawab kak Rico.
 Setelah kami berkeliling mengitari seluruh parit di kampus ini, akhirnya kami menemukan kodok yang sesuai untuk kegiatan praktikum minggu depan. Kak Rico langsung meletakkannya dalam sebuah toples besar dan tugasku untuk menemani Kak Rico mencari kodok selesai jadi aku bisa pulang.
“Kak, aku pulang duluan ya, sudah hampir sore.” pamitku ke Kak Rico.
“Keyra tunggu, aku juga pulang jalan kaki gara-gara si Ardi tadi, jadi kita pulang bersama.” tawar Kak Rico.
“Baiklah. Oh iya Kak, tadi katanya mau bicara sesuatu, apa itu ?” tanyaku penasaran.
“Bingung Key menjelaskannya ke kamu. Sebenarnya aku selalu dekat dan iseng ke kamu karena aku suka sama kamu, tapi aku juga nggak mau pacaran takutnya aku jadi nggak fokus kuliah.” kata Kak Rico hati-hati.
“KYAAAAAAAA.......”
Setelah Kak Rico menyatakan perasaannya kepadaku, seekor kodok yang didalam toples terbuka itu lompat keluar ke arahku. Demi apapun itu, aku terkejut bukan main dan berlari mendekati Kak Rico. Nggak lucu banget kalau namaku muncul di timeline line dengan judul ‘Mati Terkejut Melihat Kodok’ atau ‘Mati Terkejut Mendengar Pengakuan Cinta’. Aku segera membenarkan ekspresiku.
“Kak Rico serius, nggak bercanda, kan ? Aku juga suka sama kakak dan nggak mau pacaran karena aku belum siap. Syukurlah, jadi cintaku tak bertepuk sebelah tangan.” balasku seadanya.
“Kakak serius, Key. Memang Kakak muka-muka pembohong dan  playboy. Jadi kamu nggak menolak, kan ?” Sahut Kak Rico dengan senyum manisnya yang mengalihkan duniaku.
   “Bohong banget kalau aku menolak kakak. Mungkin saja, Kak. Aku nggak mau terkena diabetes karena terlalu banyak menelan kata-kata dan janji manis para lelaki.” sambungku.
Kak Rico tertawa terpingkal-pingkal mendengar penuturanku. Apa yang lucu dari kata-kataku ya ?
“Kamu lucu banget, Key. Makanya aku tambah suka. Rasanya aku sudah kehabisan kata-kata buat mendeskripsikan kamu.”
“Apaan sih, Kak. Bagaimana kalau kita bersahabat dan fokus kuliah , kakak berpendidikan dan sukses dulu, aku juga, maka kita akan jadi pasangan yang pas.“
“Kamu lagi promosi  fair and lovely ya, bawa-bawa pasangan yang pas, tapi itu saran yang bagus. Jaga selalu hatimu untukku Keyra walaupun itu sangat sulit karena banyak lelaki yang lebih baik dari aku!”
“Kak Rico juga jangan menyerah selalu menjadi terbaik di hadapanku.” balasku mantap.
“Sebelum janur kuning melengkung dan pohon pisang terpasang, aku nggak akan menyerah untuk menjadi yang terbaik yang kamu inginkan.” Canda Kak Rico
Aku hanya mengangguk-angguk saja karena takut si kodok berulah lagi dan lebih berkonsentrasi pada jalan setapak yang kami lalui bersama.
Aku rasa si Bufo sp. ini membantuku agar lebih dekat dengan Kak Rico. Orang yang super nyebelin ternyata menyimpan perasaan manis untukku. Tak harus pacaran untuk lebih dekat, cukup berkomitmen dan saling percaya akan membentuk suatu pertahanan. Kami mungkin akan sering bersama tapi dengan batas-batas tertentu. Walaupun kami sudah cukup dewasa untuk merasakan yang namanya pacaran tapi aku harus melakukan kewajibanku sebagai seorang mahasiswi, mewujudkan cita-citaku, dan menikmati indahnya masa persahabatan sebelum menginjak kehidupan yang sebenarnya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar