Penyakit Tidak Menular
I.
Pengertian Penyakit Tidak Menular
Penyakit Tidak
Menular merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh proses infeksi (tidak
infeksius). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya, keberadaan
faktor risiko PTM pada seseorang tidak memberikan gejala sehingga mereka tidak
merasa perlu mengatasi faktor risiko dan mengubah gaya hidupnya.
Karakteristik Penyakit Tidak Menular
:
- Tidak melalui rantai penularan tertentu
- Masa inkubasi panjang
- Berlangsungnya penyakit berlarut-larut (kronik)
- Kesulitan mendignosis
- Variasi luas
- Penanggulangan biaya tinggi
II.
Contoh
Penyakit Tidak Menular
1.
Diabetes Melitus
Diabetes
mellitus
atau kencing manis adalah kelainan
metabolik yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupahiperglikemia kronis
dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari:
Penanganan Pasien yang Terkena
Penyakit Diabetes Melitus :
Pasien yang cukup terkendali dengan pengaturan makan saja
tidak mengalami kesulitan kalau berpuasa. Pasien yang cukup terkendali dengan obat dosis tunggal juga tidak mengalami
kesulitan untuk berpuasa. Obat
diberikan pada saat berbuka puasa. Untuk yang terkendali dengan obat
hipoglikemik oral (OHO) dosis tinggi, obat diberikan dengan dosis sebelum
berbuka lebih besar daripada dosis sahur. Untuk
yang memakai insulin, dipakai insulin jangka menengah yang diberikan saat
berbuka saja. Sedangkan pasien yang harus menggunakan insulin dosis ganda,
dianjurkan untuk tidak berpuasa dalam bulan Ramadhan.
2.
Leukimia (Kanker Darah)
Leukemia atau lebih dikenal sebagai
kanker darah merupakan penyakit dalam klasifikasi kanker (istilah medis:
neoplasma) pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh perbanyakan secara
tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum
tulang dan jaringan limfoid, umumnya terjadi pada leukosit (sel darah putih). Sel-sel normal di dalam sumsum tulang
digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari
sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia
memengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas
tubuh penderita.
Gejala-gejala yang terjadi jika
seseorang terkena kanker darah atau leukemia di antaranya adalah anemia,
pendarahan, infeksi, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit yang berlebihan;
demam dan berkeringat di malam hari; sakit kepala; sakit tulang dan sendi;
sangat lemas dan lemah; dan turun berat badan secara drastis.
Penyebab leukemia tidak jelas, yang ada hanyalah beberapa
faktor yang membuat berisiko terkena penyakit ini. Di antaranya adalah radiasi;
zat-zat kimia karsinogenik (penyebab kanker); kemoterapi tertentu; memiliki
down syndrome (penyakit keterbelakangan) atau beberapa jenis penyakit genetis;
dan juga rokok.
Pengobatan leukemia yang banyak dilakukan di
antaranya adalah kemoterapi dengan menggunakan obat-obatan; terapi sinar
(terapi radiasi); terapi biologi; operasi bedah (pengangkatan limpa); dan
transplantasi sumsum tulang.
Pencegahan efektif dan efisian untuk leukemia
belum ada, seperti halnya kanker-kanker
yang lain. Kita hanya bisa menghindari besarnya faktor risiko saja, misalnya
tidak merokok; mengurangi atau mencegah konsumsi zat karsinogenik; menghindari
pemaparan radiasi sinar tertentu; menjalani pola hidup seimbang; dan rajin
berolahraga.
3.
Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi
Hipertensi atau tekanan
darah tinggi, kadang-kadang disebut juga dengan hipertensi arteri, adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan
jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui
pembuluh darah. Tekanan darah melibatkan dua pengukuran, sistolik dan
diastolik, tergantung apakah otot jantung berkontraksi (sistole) atau
berelaksasi di antara denyut (diastole).
Hipertensi jarang menunjukkan gejala,
dan pengenalannya biasanya melalui skrining, atau saat mencari penanganan medis untuk masalah kesehatan yang tidak
berkaitan. Beberapa orang dengan tekanan darah tinggi melaporkan sakit kepala (terutama di bagian belakang kepala
dan pada pagi hari), serta pusing, vertigo, tinitus (dengung atau desis di dalam telinga),
gangguan penglihatan atau pingsan.
Pada pemeriksaan
fisik, hipertensi
juga dicurigai ketika terdeteksi adanya retinopati hipertensi pada pemeriksaan fundus optik di belakang mata dengan menggunakan oftalmoskop. Biasanya
beratnya perubahan retinopati hipertensi dibagi atas tingkat I-IV, walaupun
jenis yang lebih ringan mungkin sulit dibedakan antara satu dan lainnya. Hasil oftalmoskopi juga dapat memberi
petunjuk berapa lama seseorang telah mengalami hipertensi.
Hipertensi
diakibatkan oleh interaksi gen yang kompleks dan faktor lingkungan. Berbagai
gen yang sering ditemukan sedikit berpengaruh pada tekanan darah, sudah
diidentifikasi, demikian juga beberapa gen yang jarang yang berpengaruh besar
pada tekanan darah tetapi
dasar genetik dari hipertensi masih belum sepenuhnya dimengerti. Beberapa
faktor lingkungan mempengaruhi tekanan darah. Faktor gaya hidup yang menurunkan
tekanan darah di antaranya mengurangi asupangaram dalam makanan, meningkatkan
konsumsi buah-buahan dan produk rendah lemak. Olahraga, penurunan berat badan dan menurunkan asupan alkohol juga membantu
menurunkan tekanan darah. Kemungkinan peranan faktor lain seperti stres, konsumsi kafein, dan defisiensi Vitamin D kurang
begitu jelas.
Cukup banyak orang yang mengalami
hipertensi tetapi tidak menyadarinya. Diperlukan
tindakan yang mencakup seluruh populasi untuk mengurangi akibat tekanan darah
tinggi dan meminimalkan kebutuhan terapi dengan obat antihipertensi. Dianjurkan
perubahan gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah, sebelum memulai terapi
obat. Pencegahan utama bagi hipertensi sebagai berikut:
·
Menjaga
berat badan normal (misalnya, indeks massa tubuh 20–25 kg/m2).
·
Mengurangi
asupan diet yang mengandung natrium sampai <100 mmol/ hari (<6 g
natrium klorida atau <2,4 g natrium per hari).
·
Melakukan
aktivitas fisik aerobik secara teratur, misalnya jalan cepat (≥30 menit per
hari, pada hampir setiap hari dalam seminggu).
·
Batasi
konsumsi alkohol tidak lebih dari 3 unit/hari pada laki-laki dan tidak lebih
dari 2 unit/hari pada perempuan.
·
Mengonsumsi
makanan yang kaya buah dan sayuran (misalnya, sedikitnya lima porsi per hari).
Perubahan gaya hidup yang efektif
dapat menurunkan tekanan darah setara dengan masing-masing obat antihipertensi.
Kombinasi dari dua atau lebih perubahan gaya hidup dapat memberikan hasil lebih
baik.
4.
Serangan Jantung
Serangan
jantung adalah
terhentinya aliran darah, meskipun hanya sesaat, yang menuju ke jantung, dan mengakibatkan sebagian
sel jantung menjadi mati. Atau Serangan jantung adalah suatu kondisi ketika
kerusakan dialami oleh bagian otot jantung (myocardium) akibat mendadak
sangat berkurangnya pasokan darah ke bagian otot jantung. Berkurangnya pasokan darah ke jantung secara tiba-tiba dapat terjadi ketika salah
satu nadi koroner terblokade selama beberapa saat, entah akibat spasme - mengencangnya nadi koroner - atau
akibat penggumpalan darah - thrombus.
Faktor-faktor pemicu serangan jantung ialah Rokok, mengonsumsi makanan berkolestrol tinggi, kurang gerak, malas berolahraga, stres, dan kurang istirahat.
Gejala serangan
jantung untuk setiap orang biasa berbeda. Sebuah serangan jantung mungkin
dimulai dengan rasa sakit yang tidak jelas, rasa tidak nyaman yang samar, atau
rasa sesak dibagian tengah dada. Kadang, sebuah
serangan jantung hanya menimbulkan rasa tidak nyaman yang ringan sekali
sehingga sering disalahartikan sebagai gangguan pencernaan, atau bahkan lepas
dari perhatian sama sekali. Dalam hal ini, satu-satunya cara yang memungkinkan
terdeteksinya sebuah serangan jantung adalah ketika harus menjalani pemeriksaan ECG untuk alasan lain yang mungkin tidak
berkaitan. Dipihak lain, serangan jantung mungkin menghadirkan rasa nyeri
paling buruk yang pernah dialami - rasa sesak yang luar biasa atau rasa
terjepit pada dada, tenggorokan atau perut. Bisa juga mengucurkan keringat
panas atau dingin, kaki terasa sakit sekali dan rasa ketakutan bahwa ajal sudah
mendekat. Juga mungkin merasa lebih nyaman bila duduk dibanding bila berbaring
dan mungkin napas begitu sesak sehingga tidak bisa santai. Rasa mual dan pusing
bahkan sampai muntah, bahkan yang lebih parah yaitu ketika sampai kolapsdan pingsan.
5.
Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang
mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur
tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat akhirnya menimbulkan
kerapuhan tulang. Osteoporosis terjadi
karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang
membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada
wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat
ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk
menderita osteoporosis postmenopausal,
wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada
wanita kulit hitam.
Kepadatan tulang berkurang secara
perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis), sehingga pada awalnya
osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Beberapa penderita tidak memiliki
gejala. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps
atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun.
Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan
di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita
berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi
biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.
Semua wanita, terutama yang menderita
osteoporosis, harus mengonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita paska menopause yang menderita osteoporosis juga bisa
mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati
osteoporosis.
Pencegahan osteoporosi meliputi:
·
Mempertahankan
atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengonsumsi kalsium yang cukup
·
Mengkonsumsi
obat (untuk beberapa orang tertentu).
·
Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif,
terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun).
Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan
kepadatan tulang pada wanita setengah
baya yang
sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Akan tetapi tablet kalsium dan susu
yang dikonsumsi setiap hari akhir - akhir ini menjadi perdebatan sebagai pemicu
terjadi osteoporosis, berhubungan dengan teori osteoblast.
·
Olah
raga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan kepadatan
tulang. Berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar