Jumat, 28 April 2017

keserakahan VOC di bidang sosial budaya



BAB I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Perusahaan Hindia Timur Belanda atau VOC yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah perusahaan Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur karena ada pula VOC yang merupakan perserikatan dagang Hindia Barat. Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan pertama yang mengeluarkan pembagian saham.
Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah badan dagang saja, tetapi badan dagang ini istimewa karena didukung oleh negara dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri yang istimewa. Misalkan VOC boleh memiliki tentara dan boleh bernegosiasi dengan negara-negara lain. Di Indonesia VOC memiliki sebutan populer Kompeni atau Kumpeni. Istilah ini diambil dari kata compagnie dalam nama lengkap perusahaan tersebut dalam bahasa Belanda. Tetapi rakyat Nusantara lebih mengenal Kompeni adalah tentara Belanda karena penindasannya dan pemerasan kepada rakyat Nusantara yang sama seperti tentara Belanda.
Datangnya orang Eropa melalui jalur laut diawali oleh Vasco da Gama, yang pada tahun 1497-1498 berhasil berlayar dari Eropa ke India melalui Tanjung Pengharapan (Cape of Good Hope) di ujung selatan Afrika, sehingga mereka tidak perlu lagi bersaing dengan pedagang-pedagang Timur Tengah untuk memperoleh akses ke Asia Timur, yang selama ini ditempuh melalui jalur darat yang sangat berbahaya. Pada awalnya, tujuan utama bangsa-bangsa Eropa ke Asia Timur dan Tenggara termasuk ke Nusantara adalah untuk perdagangan, demikian juga dengan bangsa Belanda.
Selama abad ke 16 perdagangan rempah-rempah didominasi oleh Portugis dengan menggunakan Lisabon sebagai pelabuhan utama. Sebelum revolusi di negeri Belanda kota Antwerp memegang peranan penting sebagai distributor di Eropa Utara, akan tetapi setelah tahun 1591 Portugis melakukan kerjasama dengan firma-firma dari Jerman, Spanyol dan Italia menggunakan Hamburg sebagai pelabuhan utama sebagai tempat untuk mendistribusikan barang-barang dari Asia, memindah jalur perdagangan tidak melewati Belanda. Namun ternyata perdagangan yang dilakukan Portugis tidak efisien dan tidak mampu menyuplai permintaan yang terus meninggi, terutama lada. Suplai yang tidak lancar menyebabkan harga lada meroket pada saat itu.
Pada 20 Maret 1602, para pedagang Belanda mendirikan Verenigde Oost-Indische Compagnie - VOC (Perkumpulan Dagang India Timur). Di masa itu, terjadi persaingan sengit di antara negara-negara Eropa, yaitu Portugis, Spanyol kemudian juga Inggris, Perancis dan Belanda, untuk memperebutkan hegemoni perdagangan di Asia Timur. Untuk menghadapai masalah ini, oleh Staaten Generaal di Belanda, VOC diberi wewenang memiliki tentara yang harus mereka biayai sendiri. Selain itu, VOC juga mempunyai hak, atas nama Pemerintah Belanda -yang waktu itu masih berbentuk Republik- untuk membuat perjanjian kenegaraan dan menyatakan perang terhadap suatu negara. Wewenang ini yang mengakibatkan, bahwa suatu perkumpulan dagang seperti VOC, dapat bertindak seperti layaknya satu negara.
Perusahaan ini mendirikan markasnya di Batavia (sekarang Jakarta) di pulau Jawa. Pos kolonial lainnya juga didirikan di tempat lainnya di Hindia Timur yang kemudian menjadi Indonesia, seperti di kepulauan rempah-rempah (Maluku), yang termasuk Kepulauan Banda di mana VOC manjalankan monopoli atas pala dan fuli. Metode yang digunakan untuk mempertahankan monompoli termasuk kekerasan terhadap populasi lokal, dan juga pemerasan dan pembunuhan massal.Pos perdagangan yang lebih tentram di Deshima, pulau buatan di lepas pantai Nagasaki, adalah tempat satu-satunya di mana orang Eropa dapat berdagang dengan Jepang.
Tahun 1603 VOC memperoleh izin di Banten untuk mendirikan kantor perwakilan, dan pada 1610 Pieter Both diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC pertama (1610-1614), namun ia memilih Jayakarta sebagai basis administrasi VOC. Sementara itu, Frederik de Houtman menjadi Gubernur VOC di Ambon (1605 - 1611) dan setelah itu menjadi Gubernur untuk Maluku (1621 - 1623).
B.     Rumusan Masalah
Apa saja keserakahan VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) dalam bidang sosial dan budaya ?

C.     Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui keserakahan VOC dibidang sosial dan budaya, serta dapat menambah wawasan bagi para pembaca agar dapat mengetahui sengsaranya rakyat Indonesia saat itu.

D.    Manfaat  Penelitian
1.      Agar mengetahui keserakahan VOC dibidang sosial dan budaya.
2.      Menambah wawasan kita tentang sejarah Indonesia pada masa penjajahan.



BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

KESERAKAHAN VOC DI BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA

1.     BIDANG SOSIAL
Ø  Penggolongan Sosial
Penggolongan Sosial merupakan pembedaan anggota masyarakat, golongan secara horizontal atas dasar perbedaan ras, jenis kelamin, agama, profesi, dsb. Pada masa colonial penggolongan masyarakat didasarkan pada perbedaan ras.
ü Golongan Eropa
Terdiri dari orang Belanda, Inggris, Amerika, Belgia, Swiss, dan Perancis.Golongan Eropa merupakan golongan pendatang yang sangat minoritas. Mereka memiliki kekuasaan yang besar di Indonesia. Status sosial mereka lebih tinggi dibandingkan dengan golongan-golongan lain yang ada. Mereka adalah para pemilik modal yang menanamkan modalnya di perusahaan perkebunan Indonesia.Perkawinan antara orang Eropa orang Indonesia disebut golongan Indo-Eropa.
ü Golongan Asia dan Timar Asing
Terdiri dari bangsa Cina, India, dan Arab. Mereka memiliki kedudukan sosial yang lebih tinggi dan istimewa daripada kaum pribumi. Status ekonomi merekapun tinggi sehingga membuat pemerintah Belanda memberikan banyak kemudahan bagi golongan tersebut dalam sektor perdagangan. Sebagai pedagang, mereka menguasai perdagangan eceran, tekstil, dan mesin elektronik. Perkawinan antara kaum Timur Asing dengan orang Indonesia disebut golongan Indo Timur Asing/ Peranakan.
ü Golongan Pibumi
Golongan Pribumi merupakan kelompok mayoritas dan merupakan pemilik negeri ini. Mereka merupakan penduduk asli Indonesia. Tetapi merupakan orang yang tertindas dan terjajah. Kedudukannya adalah yang paling rendah (lapisan terbawah) dan dibebankan banyak kewajiban tetapi hanya kurang diperhatikan.





Ø  Stratifikasi Sosial / Pelapisan Sosial
Stratifikasi Sosial merupakan struktur sosial atau susunan masyarakat yang dibedakan ke dalam lapisan-lapisan secara bertingkat. Sebelum pemerintahan kolonial di Indonesia telah mengenal 4 lapisan masyarakat, yaitu:
1.    Golongan Raja dan keluarganya
Golongan raja memiliki pengaruh yang sangat besar dalam masyarakat pada suatu wilayah. Hal ini disebabkan karena kkedudukannya ssebagai penguasa dalam suatu wilayah. Golongan ini sangat dihormati dan disegani oleh rakyatnya. Raja memerintah secara turun-temurun.
2.    Golongan Elite
Golongan elite merupakan sekelompok masyarakat yang mempunyai kedudukan terkemuka di masyarakat maupun di lingkungan kerajaan. Terdiri dari golongan bangsawan, tentara, kaum keagamaan, serta golongan pedagang. Merreka memiliki kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya yang berbeda dengan masyarakat non elite. Mereka hidup seperti keluarga kerajaan yang dilengkapi dengan pegawai dan Hamba Sahaya.
3.    Golongan Non Elite
Golongan non Elite merupakan gologan masyarakat kebanyakan dengan jumlahnya paling besar. Mereka memiliki berbagai keahlian seperti dalam bidang pertanian, pertukangan, pedagang kecil/kelontong sebagian besar mereka tinggal di desa. Sedangkan masyarakat non elite yang tinggal di kota adalah para seniman.
4.    Golongan Hamba Sahaya
Golongan Hamba Sahaya merupakan masyarakat lapisan paling bawah. Mereka mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang paling berat. Mereka dapat menjadi golongan Hamba Sahaya jika mereka tidak dapat membayar hutang, tawanan perang, serta mereka yang diperoleh dengan membeli (Budak Belian). Perlakuan terhadap mereka tergantung kepada orang yang menjadi majikannya mereka dapat membebaskan diri jika majikannya memberikan kebebasan padanya.
Adapun Sistem Pelapisan Sosial masa Pemerintahan Kolonial sebagai berikut:
1.    Golongan Penjajah dan Terjajah
Golongan penjajah merupakan golongan bangsa asing yang menguasai Indonesia dan memiliki peran yang penting dalam menentukan arah kekuasaan dan jalannya pemerintahan. Mereka sekedar menjajah untuk mendapatkan keuntungan dan menghalalkan segala cara.
Golongan terjajah merupakan golongan yang menjadi tempat penindasan dan pemerasan yang dilakukan oleh penjajah. Mereka yang mengalami penderitaan dan kesengsaraan akibat penindasan dan pemerasan selalu dialaminya.

2.    Golongan Majikan dan Buruh
Golongan majikan terdiri dari para pengusaha swasta asing. Pemilik perusahaan. Golongan buruh terdiri dari masyarakat yang bekerja pada perusahaan-perusahaan. Dari perkebunan-perkebunan tersebut hanya kaum pemilik modal yang memperoleh keuntungan sedangkan kaum buruh memperoleh upah yang kecil.

Ø  Mobilitas Sosial Penduduk 
Mobilitas sosial merupakan gerakan masyarakat atau perpindahan penduduk atau masyarakat dari satu daerah ke daerah lain. Mobilitas sosial yang terbesar di Indonesia terjadi karena :
Ø  Pada masa tanam paksa orang melakukan mobilitas sosial untuk menghindari berbagai kewajiban yang harus mereka jalani seperti kewajiban kerja paksa dan tanam paksa
Ø  Pada masa tanam paksa mereka melakukan mobilitas penduduk juga untuk menghindari diri dari bahaya kelaparan dan kekeringan yang melanda desa mereka.
 Ø  Berkembangnya perkebunan-perkebunan besar di Indonesia menyebabkan munculnya tuntutan akan pemenuhan tenaga kerja.
Ø  Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja tersebut maka pemerintah melakukan mobilitas sosial 
 Ø  Para pekerja Indonesia dibayar dengan harga murah sehingga para pengusaha perkebunan bersedia mengikat mereka dengan Koeli Ordonatie (kuli kontrak) yang disertai denagn Poenale Sanctie(ancaman hukuman bagi yang tidak mau bekerja dan meninggalkan perkebunan), ini merupakan kebijakan dari pemerintah.
Ø  Mobilitas sosial terjadi juga karena lahan-lahan pertanian di desa digunakan untuk industri dan perkebunan  besar
Ø  Munculnya kota-kota baru yang mendukung berbagai aktivitas masyarakat memungkinkan berbagai sarana prasarana ada di kota tersebut
Ø  Banyaknya orang Indonesia yang mengenyam pendidikan pada akhirnya memunculkan golongan cendekiawan yang bekerja pada kantor-kantor milik pemerintah yang letaknya di kota







2.     BIDANG BUDAYA
§  Pengaruh Westernisasi
Westernisasi (Pembaratan) merupakan proses pemasukkan pengaruh budaya Barat bagi rakyat.Masuknya pengaruh budaya Barat tersebut tentu saja berbeda dengan nilai-nilai dari kebudayan asli bangsa Indonesia. Westernisasi masuk melalui jalur pemerintahan dan pendidikan. Pengaruh Westernisasi bagi bangsa Indonesia tampak pada:
Ø  Penggunaan bahas Belanda dalam pergaulan sehari-hari di kalangan rakyat Indonesia.
Ø  Gaya berpakaian rakyat Indonesia meniru cara berpakaian model barat, tampak dengan dikenalnya rok, jas, dasi, topi,dsb.
Ø  Tata cara pergaulan dan lingkungan pergaulan yang meniru cara barat dimana telah lebih terbuka dan bebas.
Ø  Sistem jabatan dan kepangkatan, dimana orang Indonesia mulai menduduki jabatan tertentu dan menyandang pangkat tertentu.
Ø  Adanya Pendidikan model Eropa/Barat menjadi prioritas utama bagi rakyat Indonesia yang ingin mengenyam pendidikan.
Ø  Model bangunan dan arsitektur serta sarana penunjang kehidupan meniru model Eropa sehingga lebih modern bahkan tata kotapun meniru model barat.
§  Perkembangan Pendidikan
Sebelum masuknya kolonialisme Barat di Indonesia :
Ø  Sistem pendidikan masih bersifat tradisional yang hanya bisa dinikmati oleh beberapa orang dan biasanya kangan elite tertentu dalam masyarakat.
Ø  Pusat pendidikan terbatas di lingkungan keraton dan tempat-tempat penyebaran agama , seperti pondok pesantren.
Ø  Berkembangnya Politik Etis menyebabkan berdirinya sekolah-sekolah untuk kaum pribumi. Tujuan didirikan sekolah-sekolah tersebut awalnya untuk mendidik calon-calon birokrat pemerintah bangsa Indonesia.
Jenis-jenis sekolah yang didirikan:
Ø  Sekolah Calon Birokrat bernama OSVIA (Opleidingschool Voor Inlandische Ambtenaren) yang didirikan di Bandung, Magelang, dan Probolinggo, untuk kalangan elite tertentu.
Ø  Pada tahun 1848, dibuka sekolah secara massal disetiap kabupaten, meskipun masih terbatas untuk kalangan tertentu, seperti:
Ø  HIS (Hollandsch Inlandsche School)
Ø  MULO (Meer Ultgebreid Lager Onderwijs)
Ø  AMS (Algemeene Middelbare School)
Ø  HBS (Hoogere Burgerschool)
Ø  Pada tahun 1851 dibuka sekolah guru Kweekschool dan Hogere Kweekschool.
Ø  Dibuka sekolah dokter STOVIA.
Ø  Akhir tahun 19 dibuka sekolah untuk kaum pribumi disebut Sekolah Angka 1 dan Sekolah Angka 2 bersifat umum dan memberikan pelajaran dasar seperti membaca, menulis, berhitung, ilmu bumi, sejarah, dan ilmu alam.
Dalam pendidikan Eropa diajarkan dengan menggunakan metode pendidikan Barat, diperkenalkan pula nilai-nilai seperti disiplin, taat pada aturan serta tata cara Barat yang sebelumnya tidak dikenal dalam sistem pendidikan pribumi.


















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Bidang Sosial
a)      Penggolongan Sosial merupakan pembedaan anggota masyarakat, golongan secara horizontal atas dasar perbedaan ras, jenis kelamin, agama, profesi, dsb.
b)      Stratifikasi Sosial merupakan struktur sosial atau susunan masyarakat yang dibedakan ke dalam lapisan-lapisan secara bertingkat.
c)      Mobilitas sosial merupakan gerakan masyarakat atau perpindahan penduduk atau masyarakat dari satu daerah ke daerah lain.
2.      Bidang Budaya
a)      Pengaruh Westernisasi bagi bangsa Indonesia yaitu Penggunaan bahas Belanda dalam pergaulan sehari-hari di kalangan rakyat Indonesia. Dan gaya berpakaian rakyat Indonesia meniru cara berpakaian model barat, tampak dengan dikenalnya rok, jas, dasi, topi,dsb.
b)      Sistem pendidikan masih bersifat tradisional yang hanya bisa dinikmati oleh beberapa orang dan biasanya kalangan elite tertentu dalam masyarakat. Dan berkembangnya politik etis menyebabkan berdirinya sekolah-sekolah untuk kaum pribumi. Tujuan didirikan sekolah-sekolah tersebut awalnya untuk mendidik calon-calon birokrat pemerintah bangsa Indonesia.
c)      Pendidikan yang diperoleh masyarakat Indonesia mampu menyadarkan mereka mengenai kondisi bangsa Indonesia akibat penjajahan dan apa yang seharusnya dilakukan oleh rakyat. Dan Masyarakat Indonesia mayoritas memeluk agama Islam, kegiatan keagamaan dikontrol dan dibatasi oleh pemerintah kolonial.
B.     Saran
Kita sebagai generasi muda penerus bangsa seharusnya menghargai perjuangan rakyat Indonesia di masa penjajahan dan selalu belajar serta berusaha untuk meraih cita-cita agar berguna bagi bangsa dan Negara.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.indonesiaindonesia.com/f/2380-indonesia-era-voc/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar